CITRA KEPEMIMPINAN SEBAGAI PELAYAN MENURUT ETIKA EMMANUEL LEVINAS
Abstract
Dewasa ini kesuksesan sebuah organisasi sebagian ditentukan oleh model dan praktik kepemimpinan yang diterapkan dalam organisasi tersebut, apa pun organisasinya. Seorang pemimpin dituntut tidak hanya memiliki pengetahuan yang memadai dalam bidangnya melainkan juga memiliki tipe dan gaya kepemimpinan yang tepat. Umumnya orang mengenal beberapa gaya kepemimpinan dalam organisasi yakni kepemimpinan otokratis, demokratis, karismatik, inovatif, partisipatif, transaksional, delegatif, situasional, transformasional, dan servant leadership. Model kepemimpinan pemimpin sebagai pelayan merupakan model kepemimpinan etis dengan visi dan gaya kepemimpinan yang menekankan kesadaran, nilai, orientasi, dan kebijakan-kebijakan praktis yang mengabdi pada kepentingan anggota, bawahan, insitusi, bahkan juga masyarakat luas secara keseluruhan. Dalam masyarakat Indonesia dimana banyak pejabat tersangkut persoalan korupsi, model kepemimpinan ini sangat relevan untuk dibahas dalam penelitian ini. Model kepemimpinan seperti ini, jika dilihat dari teori-teori etika, memiliki akar yang mendalam dalam pemikiran etika Emmanuel Levinas. Menurut Levinas, seorang pemimpin memiliki kewajiban etis yang bersifat mutlak, konkret, asimetris, untuk menerima, mengakui, mengapresiasi, dan memperhitungkan keberadaan orang lain dalam kedirian dan keberlainannya yang mutlak. Melalui penelitian kepustakaan dengan metode analisis isi, pertama-tama akan dijelaskan konsep dasar etika Levinas dan kemudian akan menarik implikasi-implikasi teori etika Levinas terhadap citra kepemimpinan servant leadership dalam organisasi. Bagi Levinas, pemimpin sejati adalah pemimpin yang menjadikan ‘Yang Lain’ sebagai tujuan akhir kepemimpinan. Seorang pemimpin wajib ‘memberikan diri’ kepada bawahanya agar mereka berkembang dengan potensi yang mereka miliki. Pemimpin dan manajemen perlu mengatasi kepentingan diri sendiri dan sebaliknya melayani pekerja, stakeholders, konsumen, kepentingan publik; dan masyarakat luas. Tanggung jawab seorang pemimpin ini melampaui aturan atau kode etik, tidak tergantikan, dan melulu demi kebaikan Yang Lain. Kepentingan bawahan, komunitas, masyarakat luas, dan semua stakeholders harus menjadi prioritas seorang pemimpin dan bukan kepentingan pribadi pemimpin.